MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Oleh
: Nur Mahmudah
Mahasiswa
Prodi Akuntansi, Universitas Gunadarma
Email:
nurmahmudah83@gmail.com
KEPUASAN
KERJA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individu dan memiliki tingkat kepuasan yang
berbeda-beda, salah satu definisi kepuasan kerja yang dikutip oleh Moh. As'ad
dalam buku "Psikologi lndustri"(2000:104) Joseph Tiffin, kepuasan
kerja adalah sikap karyawan terhadap pekerjaan, situasi kerja, kerjasama
diantara pimpinan dan sesama karyawandanfaktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja antara lain; faktor kepuasan finansial, faktor kepuasan fisik,
faktor kepuasan sosial, dan faktor kepuasan psikologi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan William M. Mercer, Inc.
Dalam surveynya pada tahun 2 1998 terhadap 206 perusahaan menengah dan besar
yang memiliki tingkat perputaran karyawan
yang tinggi menemukan bahwa kompensasi adalah alasan paling umum untuk ketidakpuasan.
Namun begitu, di beberapa perusahaan dengan perputaran karyawan yang rendah 40%
responden merasakan bahwa faktor –faktor emosional (Kepuasan kerja, hubungan
baik dengan manager dan karyawan lain) benar –benar memotivasi mereka tetap
tinggal di perusahaan tersebut, sedangkan 21% responden lainnya menunjukan
faktor –faktor finansial lah yang memotivasi mereka untuk tetap tinggal di
perusahaan tersebut.
1.2.
Rumusan Masalah
Pada
artikel bermaksud untuk menemukan pemecahan dari masalah yang berhubungan
dengan KEPUASAN KERJA. Adapun masalah yang akan dibahas lebih lanjut adalah :
1. Pengertian
kepuasan kerja ?
2. Apa
sajakah aspek aspek dalam kepuasan kerja ?
3. Apa
sajakah factor factor penentu kepuasan kerja ?
4. Apa
sajakah konsekuensi pada kepuasan kerja ?
5. Bagaimana
mengukur kepuasan kerja ?
6. Hubungan
antara kepuasan kerja dengan semangat kerja (Morale) ?
7. Apa
itu semangat kerja pada kepuasan kerja ?
8. Tingket
stress pada kepuasan kerja ?
9. Program,
fungsi, dan tipe konseling pada kepuasan kerja ?
10. Pembinaan
disiplin pada kepuasan kerja ?
1.3.
Tujuan Artikel
Tujuan
dasar artikel ini adalah :
1. Untuk
mengetahui apa itu kepuasan kerja
2. Untuk
menegtahui aspek aspek dalam kepuasan kerja
3. Untuk
mengetahui factor factor penentu kepuasan kerja
4. Untuk
mengetahui konsekuensi pada kepuasan kerja
5. Untuk
mengetahui bagaimana mengukur kepuasan kerja
6. Untuk
mengetahui hubungan antara kepuasan kerja dengan semangat kerja (morale)
7. Untuk
mengetahui semangat kerja pada kepuasan kerja
8. Untuk
mengetahui tingkat stress pada kepuasan kerja
9. Untuk
mengetahui program, fungsi, dan tipe konseling pada kepuasan kerja
10. Untuk
mengetahui pembinaan disiplin pada kepuasan kerja
1.4. Manfaat
Adapun manfaat adalah sebagai
berikut:
1. Secara teoritis
Diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep pengetahuan khususnya yang
terkait dengan analisis pengaruh motivasi, disiplin kerja, penempatan dan
lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberi masukan yang berarti bagi pimpinan dalam meningkatkan kinerja
karyawan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian
Terdahulu
Beberapa hasil penelitian terdahulu
yang berhubungan dengan artikel ini adalah sebagai berikut :
No
|
Nama
|
Judul
|
Kesimpulan
|
1.
|
Irna
Handayaningrum,
Endang
Siti, AstutiArik Prasetya
(2016)
|
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN(Studi pada Karyawan
PDAM Kota Malang)
|
Berdasarkan
hasil koefisien diterminasi R2
Pengaruh
faktor-faktor yangmempengaruhi
kepuasan
kerja (kompensasi, lingkungan
kerja,
karakteristik pekerjaan) dan
dampaknya
terhadap kinerja karyawan
berpengaruh
sebesar 47,5% sedangkan
52,5%
dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak
dijelaskan dalam penelitian ini.
|
2.
|
Novita,
Bambang
Swasto Sunuharjo,
Ika
Ruhana
(2016)
|
PENGARUH
KEPUASAN
KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL
TERHADAP
KINERJA KARYAWAN (
Studi
pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Witel Jatim Selatan, Malang)
|
1. Berdasarkan hasil Uji Simultan
(Uji F) variabel kepuasan kerja dan komitmen organisasional berpengaruh
signifikan terhadap variabel kinerja karyawan.
2. Berdasarkan hasil Uji Parsial (Uji
t) variabel kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja
karyawan.
3. Berdasarkan hasil Uji Parsial (Uji
t) variabel komitmen organisasional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel kinerja karyawan.
|
3.
|
Dede
Kurnia Ilahi,
Mochamad
Djudi
Mukzam,
Arik
Prasetya
(2017)
|
PENGARUH
KEPUASAN KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL
(Studi
Pada Karyawan PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Malang)
|
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa
variabel Kepuasan Kerja (X) dengan grand mean4.17, Disiplin Kerja (Z) dengan grand
mean4.09, dan Komitmen Organisasional (Y) dengan grand mean4.15, sehingga
dapat dikatakan hasil dari ketiga variabel tersebut tinggi.
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pengaruh kepuasan kerja melalui disiplin kerja terhadap komitmen organisasi
(secara tidak langsung) sebesar 0,347 dengan total pengaruh 0,611.
|
4.
|
Deden
Misbahudin Muayyad
Ade
Irma Oktafia Gawi
(2016)
|
PENGARUH
KEPUASAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI BANK SYARIAH X KANTOR
WILAYAH II
|
Kepuasan
kerja (X) tidak berpengaruh signifikanterhadap produktivitas kerja pegawai (Y)
yang dibuktikan dengan nilai signifikansi diatas 0,05 dan nilai t hitung
<
t tabel Persamaan regresiyang didapatkan adalahY = 66,788 + 0,357X.Besarnya
pengaruh kepuasan kerja pegawai terhadap produktivitas kerja pegawai Bank
Syariah X
Kantor
Wilayah II dapat dilihat dari besarnya nilaiR Square yang diperolehyakni sebesar 7,5%, sedangkan sisanya dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.
|
5.
|
Ready Nurdian Syah, Endang Sri
Indrawati
(2016)
|
HUBUNGAN
ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN STRES
KERJA PADA SOPIR BUS PO AGRA MAS (DIVISI AKAP) JURUSAN WONOGIRI-
JAKARTA
|
Berdasarkan
hasil penelitian kepada sopir bus Po AGRA MASmenunjukkan adanya kepuasan kerja
yang tinggi dan stres kerja yang rendah, hal ini dapat disimpulkan bahwa
subjek dapat memenuhi mengolah dan mengevaluasi perasaan yang sedang mereka
rasakan sehingga perilaku
yang
muncul menjadi positif. Pada saat terjadi masalah dalam pekerjaan mereka,
tidak dipungkiri pasti mereka sejenak merasa stres namun mereka dapat
mengelolanya dengan baik sehingga hal tersebut dapat meminimalisir tingkat
stres yang terjadi.
|
6.
|
Ursa Majorsy (2007)
|
KEPUASAN
KERJA, SEMANGAT KERJA DAN KOMITMEN
ORGANISASIONAL
PADA STAF PENGAJAR
UNIVERSITAS
GUNADARMA
|
Berdasar-kan
hasil penelitian,diketahui bahwa ketiga komponen dalamkomitmen orga-nisasional,
yaitu komitmen afektif, komit-men kontinuan dan komitmen normatif memiliki
pengaruh yangsedang pada stafpengajar.
|
7.
|
Muprihan, S.Sos (2007)
|
ANALISIS
PENGARUH PEMBINAAN DISIPLIN KERJA, KARIR, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP PERILAKU
PEGAWAI PADA PEMERINTAH
KOTA
BANDAR LAMPUNG
|
Hasil
penelitian menunjukan bahwa secara umum responden member
ikan
penilaian “tidak baik “ terhadap pembinaan disiplin pegawai dilingkungn kerja
pegawai.dengan kata lain,pembinaan disiplin pegawai dilingkungan kerja
masing-masing responden selama ini masih belum berjalan dengan baik.sedangkan
dari hasil uji hipotesis diketahui bahwa pembinaan disiplin kerja berpengaruh
positif terhadap perilaku pegawai.logikanya adalah,jika pembinaan disiplin
kerjadilakukan secara baik akan memiliki dampak positif terhadap perilaku
pegawai.
|
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Pengertian Kepuasan kerja
Salah
satu sarana penting pada manjemen sumber daya manusia dalam sebuah orgaisasi
adalah terciptanya kepuasan kerja para pegawai/ karyawan.
3.2. Apa sajakah aspek aspek dalam kepuasan
kerja
Menurut
Jewell dan Siegall 1998 (dalam Prestawan 2010) beberapa aspek dalam mengukur
kepuasaan kerja :
a. Aspek
psikologis, berhubungan dengan kejiwaan karyawan meliputi minat, ketentraman kerja, sikap terhadap
kerja, bakat dan ketrampilan.
b. Aspek
fisik, berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis
pekerjaan, pengaturan waktu kerja,
pengaturan waktu istirahat, keadaan ruangan, suhu udara, penerangan, pertukaran
udara, kondisi kesehatan karyawan dan umur.
c. Aspek
social, berhubungan dengan interaksi sosial, baik antar sesama karyawan dengan atasan maupun antar karyawan
yang berbeda jenis kerjanya serta hubungan dengan anggota keluarga.
d. Aspek
finansial, berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan, yang
meliputi sistem dan besar gaji, jaminan sosial, tunjangan, fasilitas dan
promosi. (Jewell dan Siegall, 1998)
3.3.
Apa sajakah factor-faktor penentu kepuasan kerja
Pendapat horald E.Burt yang dikutip oleh Moch. As’ad ( 2004
: 112 ) tentang faktor – faktor yang dapat
menimbulkan kepuasan kerja sebagai berikut :
1. Faktor
hubungan antar karyawan, antara lain hubungan antara pimpinan dengan pegawai,
kondisi fisik dan situasi kerja, sugesti dari teman kerja.
2. Faktor
individual, yang berhubungan dengan sikap orang terhadap pekerjaannya, umur
orang saat kerja, jenis kelamin.
3. Faktor
–faktor luar antara lain keadaan keluarga karyawan/ pegawai,rekreasi,
pendidikan.
3.4.
Apa sajakah konsekuensi pada kepuasan kerja
Kumar
(2007) menyatakan ada beberapa konsekuensi yang diperoleh dari kepuasan kerja, yaitu:
1. Ketidakhadiran
(absenteeism), Ada hubungan antara kepuasan kerja dan frekuensi dari
ketidakhadiran dari seorang pekerja.
Tingkat ketidakhadiran seorang pekerja biasanya berhubungan terbalik dengan
kepuasan kerja. Ketidakpuasan dalam bekerja akan menghasilkan ketidakinginan
untuk bekerja dan hal ini memaksa pekerja untuk menjauh dari pekerjaannya.
2. Pemberhentian
Kerja (turn over), Penelitian menemukan bahwa pekerja yang puas dengan
pekerjaannya cenderung untuk bertahan
dengan pekerjaannya dan pekerja yang tidak puas dengan 9 pekerjaannya akan
berhenti dari pekerjaan tersebut. Ini menjadi alasan yang kuat bagi seorang
pekerja yang tidak puas dengan pekerjaannya untuk pergi dan mencari kepuasan
dari tempat lain.
3. Pemberitaan
Negatif (negative publicity)Konsekuensi lainnya dari ketidakpuasan kerja adalah
pemberitaan yang negatif tentang organisasi tersebut. Pekerja memberitahukan
hal-hal yang membuatnya tidak puas dan
akhirnya membuat nama baik organisasi tersebut menjadi tercemar. Publikasi yang
negatif dapat menimbulkan kesulitan dalam perekrutankaryawan baru.
3.5.
Bagaimana mengukur kepuasan kerja
Greenberg dan Baron menunjukkan tiga
cara untuk melakukan pengukuran kepuasan kerja yaitu :
1.Rating Scale dan Kuesioner
Dengan metode ini orang menjawab pertanyaan dari kuesioner yang menggunakan rating scales sehingga mereka melaporkan reaksi mereka pada pekerjaan mereka.
2. Critical incidents
Individu menjelaskan kejadian yang menghubungkan pekerjaan mereka yang dirasaka terutama memuaskan atau tidak memuaskan. Jawaban mereka dipelajari untuk mengungkap tema yang mendasari. Sebagai contoh misalnya apabila banyak pekerja yang menyebutkan situasi pekerjaan dimana mereka mendapatkan perlakuan kurang baik oleh supervisor atau sebaliknya.
3. Interviews
Dengan melakukan wawancara tatap muka dengan pekerja dapat diketahui sikap mereka secara langsung dan dapat mengembangkan lebih dalam dengan menggunakan kuesioner yang terstruktur.
1.Rating Scale dan Kuesioner
Dengan metode ini orang menjawab pertanyaan dari kuesioner yang menggunakan rating scales sehingga mereka melaporkan reaksi mereka pada pekerjaan mereka.
2. Critical incidents
Individu menjelaskan kejadian yang menghubungkan pekerjaan mereka yang dirasaka terutama memuaskan atau tidak memuaskan. Jawaban mereka dipelajari untuk mengungkap tema yang mendasari. Sebagai contoh misalnya apabila banyak pekerja yang menyebutkan situasi pekerjaan dimana mereka mendapatkan perlakuan kurang baik oleh supervisor atau sebaliknya.
3. Interviews
Dengan melakukan wawancara tatap muka dengan pekerja dapat diketahui sikap mereka secara langsung dan dapat mengembangkan lebih dalam dengan menggunakan kuesioner yang terstruktur.
3.6.
Hubungan kepuasan kerja dengan semangat kerja
1. Absensi
Karena absensi menunjukkan ketidak hadiran karyawan dalam tugasnya.
2.
Kerja
sama dalam bentuk tindakan kolektif seseorang terhadap orang lain.
3.
Kepuasan
kerja sebagai keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka.
4.
Kedisiplinan
sebagai suatu sikap dan tingkah laku yang sesuai peraturan organisasi dalam
bentuk tertulis maupun tidak.
3.7.
Apa itu semangat kerja pada kepuasan kerja
Menurut Nitisemito dalam Ardana (2014) Semangat kerja adalah
melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaannya akan
lebih dapat diharapkan selesai dengan cepat dan lebih baik.
3.8.
Tingkat stress pada kepuasan kerja
stresadalahketidak
mampuan tubuh menerima tekanan yang dapat memicu hilangnya kontrol diri. Mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Leung
et al (2007)bahwa stres kerja terbagi menjadi enamdimensi yaitu prilaku pribadi,
dukungan sosial, konflik peran, lingkunganburuk,beban kerja dan situasi rumah
dan pekerjaan
3.9.
Program, fungsi, dan tipe konseling pada kepuasan kerja
1.
Program
konseling adalah satuan rencana keseluruhan kegiatan yang disusun dengan
memperhatikan kebutuhan para konseli yang dilaksanakan pada periode tertentu.
2.
Fungsi
pemahaman, pencegahan, penuntasan, pemeliharaan dan pengembangan
3.
Tipe-tipe konseling dari segi waktu
penanganannya, yaitu proses pemecahan masalah individu, dimana mungkin
diperlukan waktu segera atau relative panjang. Pietrofesa dalam Andi Mapiarre (1992:24)
mengemukakan berdasarkan segi waktunya tipe-tipe konseling terbagi menjadi 4
(empat) tipe, yaitu : konseling krisis, fasilitatif, preventif, developmental
3.10.
Pembinaan
disiplin pada kepuasan kerja
Pembinaan
disiplin adalah kegiatan untuk mengarahkan dan mengembangkan kehidupan seseorang
yang sudah dimiliki agar menimbulkan kegairahankerja dan rasa tanggung jawab (Nainggobin,
1994).
BAB
IV
KESIMPULAN
Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan tentang
menyenangkan atau tidaknya pekerjaan yang
dijalankan oleh seseorang. Sifat lingkungan seseorang di luar pekerjaan mempengaruhi
perasaan di dalam pekerjaan. Demikian juga halnya, karena pekerjaan merupakan
bagian penting kehidupan, kepuasan kerja mempengaruhi kepuasan hidup seseorang.Setiap
pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan kerja dan atasan-atasan, mengikuti
peraturan dan kebijaksanaan- kebijaksanaan operasional, memenuhi standar-standar
kinerja, menerima kondisi-kondisi kerja yang kerap kali kurang ideal, dan lain-lain.
Ini berarti penilaian seorang karyawan tentang seberapa ia merasa puas atau
tidak puas dengan pekerjaan merupakan penyajian yang rumit dari sejumlah elemen
pekerjaan. Untuk dapat menciptakan kepuasan kerja karyawan, salah satu yang
menjadi acuan adalah berhubungan dengan
motivasi kerja yang merupakan fungsi penting dari
manajemen.
Motivasi kerja merupakan keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia
yang
memberikan tenaga, mengarahkan, menyalurkan, mempertahankan dan
melanjutkan
tindakan dan perilaku pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
Susilo
Martoyo, 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : BPFE.
Titis
melani suhaji, Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja(Studi pada
Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi”YAYASAN PHARMASI”Semarang)
Henny
Handayani, 2017. PENGARUH
KEPUASAN KERJA DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PADA PT BUMI KARSA
MAKASSAR. Vol 3, No. 004 (2017) Henny Handayani
Gede Putro Wibowo, Gede Riana, Made
Surya Putra, 2015. PENGARUH STRES KERJA TERHADAPKEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN
ORGANISASIONAL KARYAWAN. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 4.02(2015)
: 125-145
Dunggio,
M. (2013). Semangat dan disiplin kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada
PT. Jasa Raharja (Persero) cabang sulawesi utara. JURNAL RISET EKONOMI, MANAJEMEN,
BISNIS DAN AKUNTANSI,1(4).Idrus, M. (2006). Implikasi Iklim Organisasi terhadap
Kepuasan Kerja dan Kualitas Kehidupan Kerja Karyawan. Jurnal Psikologi Undip, 3(1),
94-106.